Padang Pariaman, 6 Juli 2025 — Kecewa dan merasa tidak dihargai. Itulah perasaan masyarakat di kampung dan perantauan setelah acara budaya yang telah dipersiapkan matang-matang dibatalkan sepihak oleh Bupati JKA hanya lima hari sebelum pelaksanaan.
Acara yang sedianya menjadi ajang silaturahmi dan pelestarian budaya Minangkabau ini telah dipersiapkan dengan penuh semangat oleh warga kampung dan para perantau. Tiket pulang kampung telah dibeli, panggung telah disiapkan, sampah-sampah telah dibersihkan lewat gotong royong, bahkan sanggar seni dan pandeka silek tradisi sudah berhari-hari berlatih untuk menampilkan yang terbaik.
Namun, semua usaha itu berakhir tanpa penghargaan, tanpa klarifikasi memadai, hanya satu keputusan sepihak yang merobohkan harapan banyak orang.
“Beginikah sosok pemimpin yang selama ini banyak dipuji? Beginikah cara membalas semangat dan kecintaan masyarakat terhadap budaya dan kampung halamannya?” ungkap salah seorang tokoh perantau dengan nada kecewa.
Bagi banyak orang, pembatalan ini lebih menyakitkan dari tragedi batalnya Piala Dunia U20 di Indonesia, karena ini menyangkut jantung tradisi dan harga diri masyarakat sendiri.
Kekecewaan juga datang dari para tokoh adat dan budayawan yang menilai keputusan ini menunjukkan minimnya rasa hormat terhadap tradisi dan partisipasi masyarakat. Tidak hanya program acara yang gagal, hubungan emosional antara pemimpin dan masyarakat pun kini diuji.
Masyarakat berharap agar ke depan, keputusan-keputusan besar yang menyangkut hajat hidup dan kebudayaan masyarakat tidak lagi diambil secara sepihak, tanpa mempertimbangkan jerih payah, perasaan, dan nilai kebersamaan yang telah ditanamkan sejak lama.