Ungkap Fakta Info, Kerinci - MBG atau Makan Bergizi Gratis merupakan salah satu program prioritas pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang mulai dijalankan pada tahun 2025. Program ini digadang-gadang sebagai solusi peningkatan gizi anak sekolah, balita, serta ibu hamil dan menyusui, dengan tujuan menekan angka stunting, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sekaligus menggerakkan ekonomi lokal melalui keterlibatan petani dan UMKM.
Saat awak media ini melakukan penelusuran di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di Kabupaten Kerinci, Kecamatan Siulak, ditemukan fakta yang cukup memprihatinkan. Sejumlah siswa terlihat tidak menghabiskan makanan yang dibagikan melalui program MBG. Mayoritas siswa hanya mengambil susu dan buah-buahan, sementara nasi, telur, dan sayur justru dibiarkan tak tersentuh.
Pantauan di lokasi menunjukkan tumpukan sisa nasi dan telur yang kemudian dikumpulkan oleh pihak sekolah. Makanan yang seharusnya dikonsumsi sebagai asupan gizi justru berakhir menjadi limbah.
Ketika awak media menanyakan hal tersebut kepada salah satu guru, ia mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab banyaknya makanan yang tidak dimakan oleh para siswa.
Makanan Bergizi Gratis (MBG) Menurut salah satu guru di sekolah tersebut diantar langsung dari salah satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yang berada di Desa Koto Kapeh, Kecamatan Siulak.
“Belum tahu pastinya kenapa anak-anak tidak mau makan. Padahal sudah disiapkan,” ujarnya singkat.
Saat di tanya beberapa siswa jawabannya singkat "rasanya tidak enak"
Ironisnya, sisa makanan tersebut disebutkan tidak dibuang begitu saja, melainkan dialihkan untuk pakan ayam dan anjing. Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar terkait efektivitas program, perencanaan menu, hingga edukasi gizi kepada siswa.
Di tengah anggaran negara yang tidak sedikit untuk menyukseskan MBG, fenomena makanan bergizi yang berakhir mubazir tentu menjadi catatan serius. Terlebih, program ini sebelumnya juga sempat disorot akibat adanya laporan kasus keracunan makanan di beberapa daerah.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada penjelasan resmi dari pihak terkait mengenai evaluasi menu, pola distribusi, serta langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terus berulang.
Program yang bertujuan menyehatkan generasi bangsa ini kini dihadapkan pada tantangan besar: jangan sampai niat baik berubah menjadi pemborosan anggaran dan sekadar formalitas belaka.
*Fereranco*
.png)

.png)
